Antara pemain yang tampil dalam isu kalimah Allah dan kejadian bakar gereja sekarang adalah Hishammuddin, Rais, Muhyiddin dan Najib. Mana Jamil Khir?
Jamil Khir adalah menteri Umno yang jaga agama. Dia bekas orang besar angkatan tentera, pandai bercakap dalam forum perdana tetapi belum terdengar suaranya dalam isu terbaru ini.
Mengapa tiada?
Cakap orang sepertinya amat diperlukan. Sekurang-kurangnya kalau ada mana-mana menteri yang hendak bercakap dalam isu ini, cakap Jamil boleh dijadikan panduan kerana isu kalimah Allah adalah isu agama.
Hishammuddin boleh bercakap dari sudut keselamatan, Rais dari sudut budaya, Muhyiddin dari sudut hubungan kaum, tapi dari sudut agama suara Jamil lebih berautoriti.
Isu kalimah Allah dilihat lebih hampir dengan agama berbanding dengan yang lain. Maknanya lebih hampir dengan Jamil berbanding orang lain termasuk Najib.
Mengapa saya kata isu ini lebih hampir dengan Jamil? Buktinya ialah, Najib mengadap SPB Yang Dipertuan Agong. Kalau isu ini bukan isu agama, tidak perlu Najib ke istana.
Justeru, mengapa Jamil tidak bersuara, tidak tampil menanganinya dengan agama? Dipercayai, kalau isu ini ditangani lebih awal oleh Jamil dengan pendekatan agama, mungkin ia tidak berlanjutan dan merawit seperti sekarang.
Semua tindakan yang bakal diambil oleh mana-mana menteri, boleh disandarkan kepada pendirian yang dibuat oleh menteri yang jaga agama.
Mengapa Jamil diam? Ada dua kemungkinan. Pertama, Jamil tidak dibenarkan bersuara dan kedua, Jamil memang tidak mampu bersuara.
Kalau Jamil tidak dibenarkan bersuara oleh kerajaan, tidak ada gunanya Jamil berada di kerusi itu. Inilah masanya untuk Jamil tampil dengan wibawa orang agama untuk bercakap mengenai isu agama yang besar dan rumit.
Berucap dalam majlis sambutan Ma’al Hijrah, musabaqah, Maulidur Rasul, itu semua mudah sahaja. Perkara yang diucapkan dalam majlis seumpama itu adalah ‘stereotype’, balik-balik itu juga.
Kalau Jamil mampu tampil bercakap dalam isu penggunaan kalimah Allah ini dengan hujah ilmiah, bersandarkan kitab dan sunnah, ketika itu terserlah benar wibawa Jamil. Wibawa Jamil membuktikan wibawa orang agama secara keseluruhannya.
Tetapi, kalau Jamil yang dikira berwibara itu tidak dibenarkan bersuara, itu ibarat minyak wangi yang ditutup rapat penutupnya. Tidak berguna wangi kalau hidung tidak dapat menikmatinya.
Dalam situasi ini, Umno bukan sekadar menghina Jamil tetapi menghina juga orang agama yang boleh dikira diwakili oleh Jamil.
Kedua, Jamil tidak mampu bersuara. Ketidakmampuan ini boleh dilihat dari dua sudut. Pertama, ketidakmampuan Jamil dari sudut ilmu dan kedua ketidakmampuan Jamil dari sudut kepentingan.
Saya tidak berani dan tidak akan mempersoalkan ilmu orang lain dalam keadaan ilmu diri sendiri pun tidak setara mana. Ya, mana ada manusia yang sempurna ilmunya.
Tetapi, kalau Jamil secara peribadi tidak punya wibawa ilmu yang memadai untuk menangani persoalan ini, sedangkan Jamil adalah seorang menteri, bagi saya Malaysia bernasib malang.
Malang kerana menteri yang menjaga agama dalam sebuah ‘negara Islam’, tidak punya wibawa ilmu untuk bercakap mengenai isu-isu Islam melalui kaca mata ilmu.
Mungkin orang berkata, menteri tugasnya ialah mentadbir. Menteri agama tugasnya mentadbir agama, bukan mengeluarkan fatwa mengenai agama. Fatwa agama itu kerja para mufti yang ramai itu.
Itu betul dari satu sudut. Tetapi cuba gambarkan, bolehkah seorang yang bukan doktor pakar dilantik menjadi ketua sebuah hospital pakar? Ketika doktor lain bercakap mengenai bidang kepakaran masing-masing, dia masih bercakap mengenai Panadol? Tentu janggal bukan?
Demikian halnya dengan menteri. Menteri mesti mempunyai kewibawaan tinggi menangani isu-isu agama yang rumit dengan wibawa ilmu, supaya kewibawaan kerajaan yang diwakilinya lebih menyerlah.
Kalau Najib melantik seorang yang tidak berwibawa ilmu seperti itu untuk menjaga agama, bermakna Najib ‘menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya’. Ini tentu bahaya.
Ok, andaian di atas tidak benar. Jamil memang diakui wibawa ilmunya, tetapi tidak bersuara juga kerana kepentingan. Apa maksudnya?
Maksudnya, Jamil tidak berani bersuara kerana bimbang suaranya tidak selari, tidak menyenangkan ketuanya. Jamil punya hujah agama bertahap tinggi dalam isu ini, tetapi bimbang hujahnya itu bercanggah dengan hujah tuannya, itu maksudnya.
Kalau begitu, Jamil telah mengkhianati ilmunya. Dia telah menjual ilmunya dengan nilai yang murah. Dia lebih senang dengan kerusi empuk sebagai menteri daripada mempertahankan wibawa keilmuannya.
Malang sekali kalau menteri yang jaga agama di negara ini adalah menteri yang sanggup melacuri ilmunya. Dia lebih setia mempertahankan kerusi daripada setia mempertahankan kebenaran ilmu.
Kalau begini, Malaysia bernasib malang. Punya menteri yang tidak berani menyatakan kebenaran dengan ilmunya.
Apa pun sebenarnya, Malaysia memang bernasib malang selagi diterajui oleh Umno. Kalau orang Umno tak percaya juga, itu dia punya hal.
http://bongkarsauh.blogspot.com/
This entry was posted
on Monday, January 11, 2010
and is filed under
Isu Kalimah Allah,
Politik
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Online Map
P94 Hulu Selangor

HARAKAHDAILY
Tranungkite Online
Malaysiakini
terengganu lening
global
macam-macam
Video Channels
-
-
-
BICARA 2 MUROBBI7 years ago
-
-
-
Ilmu Sesat - Tok Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat13 years ago
-
bros15 years ago
-
Blogroll
-
-
-
Artikel Februari 20222 years ago
-
POLITIK WANG DALAM UMNO MEMBARAH7 years ago
-
NOTIS PENUTUPAN BLOG RAKYAT MARHAEN7 years ago
-
-
-
-
Kelantan umum 11 Sept cuti peristiwa9 years ago
-
15 tanda kematian mulia10 years ago
-
-
-
-
Harga Kubah Masjid11 years ago
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Archives
Link/Laman
Radio & TV
Minda
- Abdul Hadi Awang
- AlHusseyn
- Amin Iskandar
- Anwar Ibrahim
- Azizi Abdullah
- Bakaq
- Dr Mohd Asri
- Dr Siti Mariah
- Dr Zulkifly
- Faisal Tehrani
- Hanipa
- Herman
- Hishamuddin
- Husam Musa
- Ibnu Hasyim
- Idris Ahmad
- Kadir Jasin
- Khalid Samad
- Khalil Idham Lim
- Khir Toyo
- Lufti
- Mahathir
- Mahfuz
- Misbahul Munir
- Nasrudin
- Nik Abdul Aziz
- Nik Nasri
- NikAbduh
- Nobisha
- Raja Petra
- Ramli Abd Halim
- Roslan SMS
- Saiful Islam
- Sayuti Omar
- Sofi Wahab
- Subky
- Tuan Ibrahim
- Wan Ji
- Wfaudzin
- Zaharuddin
- Zaid Ibrahim
- Zainol Abiden
- Zainulfaqar
- Zolkharnain
- Zulkifli Nordin
Categories
- Berita (12)
- GST (7)
- Isu Felda (1)
- Isu Kalimah Allah (144)
- Isu royalti minyak (34)
- Kenyataan Media (6)
- Krisis Perak (16)
- Luar Negara (82)
- Macam-macam ada (54)
- Memali (1)
- P94 Hulu Selangpr (59)
- Pandangan (112)
- Parlimen (12)
- Pedoman (23)
- Politik (803)
- Pulau Pinang (1)
- Sidang Dun Trg (8)
- SodomyII (41)
- Sukan (5)
- Terengganu lening (53)
- Umum (133)
- Useful Info (2)




0 comments